Tentang-Chiaki-Asaari

Hai Guys, inilah kisah ku.

Saya Ira Chiaki Asaari, seorang ibu dari dua anak, yang kehidupannya tidak selalu berjalan lancar.

Masa kecil saya tidak sempurna.

Orang tua saya bermasalah dalam kehidupan perkawinan mereka. Situasi itu terus berlanjut sampai akhirnya mereka bercerai. Hal tersebut membawa efek negatif bagi diri saya. Sempat saya merasa jadi anak yang tidak diinginkan.

Sehingga saya terpaksa lebih sering menghabiskan waktu sendirian. Tidak ada kakak ataupun adik.

Saya menjadi anak yang introvert.

Akibatnya saya harus membiasakan diri menjadi anak yang mandiri. Dalam hal berpikir dan mengambil keputusan.

Namun pada akhirnya saya merasa itu bukan hal yang buruk, tapi justru membuat saya menjadi orang yang lebih kuat. Saya menyadari bahwa kesendirian itu bukan hal yang buruk melulu.

Misalkan saya dapat lebih mengenal diri saya sendiri meskipun saya akui bahwa itu bukanlah hal yang mudah. Ada banyak pahit nya.

Masa Kuliah & Masa jadi ‘rockstar’

Saat kuliah di Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB saya sempat ikut menmbentuk sebuah band yang semuanya beranggotakan perempuan. Kelompok musik yang hanya terdiri dari cewek aja bukan hal yang biasa pada zaman itu.

Nah, tentu saja hal itu suatu prestasi tersendiri bagi saya. Kami cukup sukses dan berpentas baik di Bandung maupun di Jakarta.

Jadi ‘rockstar’ dan dapat berprestasi di dalam industri musik yang didominasi oleh kaum lelaki itu kan keren…iya kan?

Bukan hanya itu saja, band kami sering pentas berbarengan dengan band-band lain yang sudah terkenal. 

Pastinya bangga dong! Kepercayaan diri juga langsung naik 1000%.😉

Seni dan musik menjadi wadah untuk mengekspresikan diri saya pada saat itu.

 

Chiaki-Asaari-band

 

Menjadi isteri & Ibu rumah tangga

Dalam segala kesuksesan ini saya tetap merasa kosong, merasa hampa, merasa tidak berarti. Aneh, saya tau…

Disamping itu ada juga kemarahan, kekecewaan, kesedihan….rata-rata ekspresi dari sisi gelap dan depresi saya deh…
Terus saya mulai sebal dengan kehidupan dan peraturan di masyarakat.

Seperti layaknya remaja, tentu saja saya juga mencari hubungan romantis. Karena saya merasakan kekurangan dan kekosongan. Saya berpikir bahwa itu bisa hilang jika saya punya pasangan.

Tapi tidak ada yang berjalan mulus…malah lebih ke arah hubungan yang toxic, posesif, dll…

Karena saya besar dalam keluarga yang agak kacau, maka saya memiliki impian kuat untuk mempunyai keluarga sendiri yang berbeda.

Suatu keluarga yang 180 derajat beda dari pengalaman masa kecil saya. Aku ingin punya keluarga yang harmonis dan penuh dengan kehangatan…

Iya tau, emang hopelessly romantic aku tuuhh…😿

Oleh karena nya saya berhenti dari Band, dan saya buru-buru membina kehidupan berumah tangga.

 

Berumah tangga – impian menjadi mimpi buruk!

Namun tak lama kemudian saya menyadari menjadi housewife juga tak sesuai dengan impian saya. Banyak konflik yang terjadi dan perkawinan pun jadi kacau balau.

Akibatnya kami saling menghindari keberadaan satu sama lain. Berlanjut ke depresi sampai saya harus terapi dengan seorang psikiater. Dan saya juga dimedikasi dengan obat yang sebenarnya membuat semuanya lebih buruk lagi.

Tetapi selama 18 tahun saya mencoba bertahan. Keinginan untuk bercerai sebenarnya sudah sejak lama ada.

Tapi karena sudah punya anak maka semua keinginan itu saya buang jauh-jauh. Ditambahkan tekanan dari keluarga dan lingkungan sosial, dimana perceraian dianggap sebagai aib, menjadi seorang janda itu pasti dipandang buruk.

Akibatnya? Hampir jadi gila…🥴

Namun setalah terkurung dalam perkawinan selama 18 tahun saya dah gak tahan dan pada akhirnya saya mempunyai keberanian untuk bercerai.

 

Chiaki-Asaari-coah-penceraian

Akhirnya Bebas!!!

👉 Perceraian adalah keputusan yang terbaik yang pernah saya ambil. 👈

Untuk apa saya melanjutkan hubungan kodependen? Hubungan seperti itu tidak membawa manfaat yang baik bagi diri dan anak-anak saya.

Dengan kata lain, semua tidak sehat!

Justru setelah bercerai, saya bisa menjalankan kehidupan dengan sepenuhnya. Saya menemukan sisi spiritual saya yang saya curahkan kedalam kreasi perhiasan ciptaan saya.

Tapi mengenai hal itu akan saya ceritakan di artikel selanjutnya…

Lihat?… Saya bukanlah orang yang sempurna. Tapi saya bukan orang yang gampang menyerah….

Tidak! I am a fighter…

Semua kejadian yang saya alami saya anggap sebagai pelajaran hidup.

Walaupun sulit saya bersyukur… Karena semuanya justru membuat saya lebih merasa dekat dengan Alam Semesta (Tuhan, Allah, Sang Pencipta, Sang Maha Esa, apapun itu sebutannya).

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pin It on Pinterest